Tuesday 5 February 2013

:: TUHAN TAK PERNAH TERLAMBAT ::

Saat berjalan-jalan ditaman, kulihat ada seorang gadis kecil sedang duduk sambil tersenyum-senyum sendirian. Aku pikir dia sedang bermain. Di taman itu cuma ada satu bangku dan aku pun duduk di sana, di dekat gadis kecil itu.

Tiba-tiba gadis kecil itu berkata, "Kak, Papaku baik lho. Dia selalu memberi apapun yang aku minta." Aku pun tersenyum dan berkata, "Dimana-mana yang namanya orang tua itu selalu baik sayang." Tiba-tiba gadis kecil itu menatapku dengan serius. "Aku tidak punya orang tua" kata gadis kecil itu yang membuatku terkejut.

"Tadi kamu menyebut papa kan?" tanyaku bingung. Dia pun berdiri dan menarik tanganku. Gadis kecil itu berlari dan berhenti di depan sebuah gedung. Gadis itu mulai memasuki gedung itu dan menunjukkan sebuah patung yang dia anggap sebagai papanya.

Itu adalah gedung gereja dan patung itu adalah Tuhannya. "Setiap hari aku selalu berdoa kepada Papa kak. Kalau aku sedih aku selalu bercerita sambil menangis di sini. Saat aku mendapatkan kembang gula gratis, aku juga langsung berlari menemui Papa dan bilang terima kasih karena aku tahu pasti Papa yang memberikannya untukku" cerita gadis kecil itu.

Aku masih tertegun dengan semua ini. Gadis kecil ini begitu percaya pada "Papa"-nya. Iman gadis kecil ini sungguh luar biasa, sampai-sampai aku malu dibuatnya.

Gadis kecil itu melanjutkan ceritanya sambil menyuruhku duduk di kursi gereja, "Kak, aku tinggal di panti asuhan di belakang gereja ini. Cuma ada 5 saudaraku yang tinggal di sana dan ada 1 nenek yang merawat kami. Kami sangat sayang pada nenek. Nenek selalu bilang bahwa kami mempunyai Papa. Nenek bilang Papa sangat baik, kalau kami minta apapun, pasti Papa selalu memberi. Papa tak pernah membuat kami menangis dan Papa tak pernah membiarkan kami sendiri karena Dia selalu ada bersama kami."

Gadis kecil itu bercerita sambil menggenggam tanganku. Kurasakan getaran-getaran dalam tubuhku. Aku merinding. Tatapan mata gadis kecil itu begitu tajam. Dia sangat yakin dalam setiap perkataannya. Sempat terpikir, "Apakah gadis kecil ini seorang malaikat?"

"Papaku baik dan sangat kaya. Minggu yang lalu, nenek kami didatangi oleh orang-orang yang tidak dikenal. Orang-orang itu berbaju hitam dan berbadan besar. Mereka membuat kami takut. Mereka memaksa nenek membawa kami pergi dan keluar dari rumah. Ternyata rumah yang kami tempati ini bukan rumah nenek. Orang yang mempunyai rumah ini ingin menjualnya dan sudah ada calon pembeli. Nenek hanya diberi waktu 1 hari untuk berkemas-kemas. Nenek tetap tenang dan tersenyum kepada kami, seolah tidak terjadi apa-apa. Pada tengah malam, aku terbangun karena ingin buang air kecil. Saat sedang melewati ruang tamu, aku melihat nenek berdoa sambil menangis. Aku tahu bahwa besok pagi kami harus sudah meninggalkan rumah ini."

Air mataku mulai menjatuhi pipi. Aku benar-benar bisa merasakan kejadian yang menimpa mereka. Setelah menghapus air mata di pipiku, gadis kecil itu melanjtkan ceritanya, "Aku tidak mau melihat nenek menangis. Aku tidak mau meninggalkan rumah ini. Ini adalah rumah kami satu-satunya dan kami tidak mau jadi gelandangan. Setelah dari kamar mandi, aku kembali ke kamar tidur. Aku mulai membangunkan saudara-saudaraku. Aku ajak mereka pergi menemui Papa di gereja tanpa sepengetahuan nenek. Kami pun pergi untuk menemui Papa di gereja. Kami duduk mengelilingi Papa dan masing-masing dari kami mengeluarkan semua keluh kesah. Lalu kami berdoa kepada Papa. Kami menangis sampai tertidur di dalam gereja. Pagi-pagi kami mendengar suara nenek berteriak-teriak mencari kami. Kami terbangun dan langsung berlari keluar gereja menemui nenek. Kami tidak tahu bagaimana nasib kami pagi itu. Saat yang lain sudah meninggalkan gereja, aku berlari menyusul mereka dan sekilas menengok patung Papa. Aku melihat patung Papa tersenyum kepadaku. Seolah Papa berkata kepadaku bahwa semua baik-baik saja. Aku melihat nenek dan teman-temanku menangis. Aku bingung dibuatnya. Lalu nenek mengatakan kepadaku bahwa kami semua bisa menempati rumah itu selama-lamanya."

Tubuhku semakin merinding mendengar seiap detail cerita gadis kecil ini. Seperti ada sengatan-sengatan listrik yang mengalir di tubuhku.

"Nenek bilang, pagi itu ada seseorang yang menyerahkan selembar sertifikat kepada nenek dan uang yang sangat banyak. Ternyata itu adalah sertifikat rumah dan tanah atas nama nenek. Orang itu mengucapkan terima kasih kepada nenek karena dulu telah menyelamatkan dan mengubah hidupnya. Mungkin nenek sudah pikun sehingga lupa pernah menolong orang itu. Papa itu terbukti sangat baik kak. Papa tak hanya memberi kami rumah dan tanah. Ternyata Papa juga menggaji setiap doa-doa dan cerita-cerita yang kami sampaikan pada-Nya. Sekarang kami mempunyai banyak uang."

Di akhir ceritanya, anak itu memperlihatkan senyum penuh kebanggaan akan sosok Papanya kepadaku. Gadis kecil itu pun berlari meinggalkanku sendirian di runag gereja. Gadis kecil itu bernyanyi-nyanyi dengan riangnya. Sampai di depan pintu gereja, gadis kecil itu berseru kepadaku, "Kakak, kalau kakak menginginkan sesuatu, jangan sungkan-sungkan memintanya kepada Papaku. Dia baik kok."

"Ya, aku akan belajar darimu gadis kecil. Terima kasih karena kau sudah membukakan mata hati dan membangkitkan imanku."

sumber: http://www.facebook.com/pages/Bejana-kemuliaan/492591964104594?ref=stream

No comments:

Post a Comment