Ada seorang pengusaha yang sangat
kaya raya. Hidupnya tak pernah
mengalami kesusahan. Apapun yang
diinginkan selalu terpenuhi. Bagi
dirinya uang tidak akan pernah
berhenti mengalir.
Namun suatu
hari ada musibah yang
menyebabkan dia harus kehilangan
semuanya. Dalam waktu singkat,
semua hartanya habis bahkan ia
jatuh miskin.
Ia hanya memiliki
sepasang pakaian yang melekat pada
tubuhnya.
Ia merasa terpuruk. Bahkan ia
sangat ingin sekali untuk mengakhiri
hidupnya. Dia merasa tak sanggup
melakukan apapun dan tak mungkin
dapat melanjutkan hidupnya.
Saat
duduk di tepi jalan, ia bertemu
dengan seorang kakek tua dengan
pakaian seadaanya namun tidak
compang-camping seperti pengemis.
Orang tua itu mengenali wajahnya
dan mengatakan sesuatu, “Selama
dunia masih berputar, maka masalah
akan terus berputar. Tantangan akan
selalu mengejar siapapun yang
masih bernapas.
Kita tidak akan
benar-benar mati. Selama kaki ini
masih bisa berjalan, maka suatu saat
kita akan bisa berlari.
Terjatuh itu
perlu karena akan mengajari kita
untuk bangkit kembali.”
Setelah mendengar kata kakek itu,
pengusaha yang jatuh miskin itu pun
menjadi semangat dankembali
berjuang untuk hidupnya.
Segala
sesuatu yang sudah runtuh mulai
dibangunnya satu persatu dan dia
menjadi sangat bijak dalam
menghadapi setiap hambatan yang
ada.
Seperti itulah kehidupan kita. Ada
kalanya kita terjatuh dalam masalah
yang besar, sebuah masalah yang
kita pikir merupakan akhir dari
kehidupan kita.
Selama kita masih
memiliki kaki untuk berjalan, maka
kita masih memiliki kesempatan
untuk berlari.
Kegagalan bukanlah kehancuran,
namun kegagalan adalah proses di
mana kita harus belajar
memperbaiki apa yang masih kurang
dalam diri kita.
Tidak ada seorang
pun yang diciptakan untuk sebuah
kehancuran. Setiap kita diciptakan
untuk sebuah kemenangan,
kemenangan akan segala sesuatu
yang kita perjuangkan.
~Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang
berharap akan kasih setia-Nya (Mazmur 33:18)
sumber: http://www.facebook.com/pages/Bejana-kemuliaan/492591964104594?ref=stream
Roy Angel adalah pendeta miskin yang memiliki kakak seorang milyuner. Pada tahun 1940, ketika bisnis minyak bumi sedang mengalami puncak, kakaknya menjual padang rumput di Texas pada waktu yang tepat dengan harga yang sangat tinggi.
Seketika itu kakak Roy Angel menjadi kayaraya. Setelah itu kakak Roy Angel menanam saham pada perusahaan besar dan m
Seketika itu kakak Roy Angel menjadi kayaraya. Setelah itu kakak Roy Angel menanam saham pada perusahaan besar dan m
emperoleh untung yang besar. Kini dia tinggal di apartemen mewah di New York dan memiliki kantor di Wallstreet.
Seminggu sebelum Natal, kakaknya menghadiahi Roy Angel sebuah mobil baru yang mewah dan mengkilap.
Suatu pagi seorang anak gelandangan menatap mobilnya dengan penuh kekaguman.
“Hai.. nak” sapa Roy
Anak itu melihat pada Roy dan bertanya “Apakah ini mobil Tuan?”
“Ya,” jawab Roy singkat.
“Berapa harganya Tuan?”
“Sesungguhnya saya tidak tahu harganya berapa”.
“Mengapa Tuan tidak tahu harganya, bukankan Tuan yang punya mobil ini?” Gelandangan kecil itu bertanya penuh heran.
“Saya tidak tahu karena mobil ini hadiah dari kakak saya”
Mendengar jawaban itu mata anak itu melebar dan bergumam,”Seandainya…. seandainya…”
Roy mengira ia tahu persis apa yang didambakan anak kecil itu, “Anak ini pasti berharap memiliki kakak yang sama seperti kakakku”....
Ternyata Roy salah menduga, saat anak itu melanjutkan kata-katanya: “Seandainya… seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu..”
Dengan masih terheran-heran Roy mengajak anak itu berkeliling dengan mobilnya. Anak itu tak henti-henti memuji keindahan mobilnya.
Sampai satu kali anak itu berkata,”Tuan bersediakah Tuan mampir ke rumah saya ? Letaknya hanya beberapa blok dari sini”.
Sekali lagi Roy mengira dia tahu apa yang ingin dilakukan anak ini. “Pasti anak ini ingin memperlihatkan pada teman-temannya bahwa ia telah naik mobil mewah” pikir Roy..
“OK, mengapa tidak”, kata Roy sambil menuju arah rumah anak itu.
Tiba di sudut jalan si anak gelandangan memohon pada Roy untuk berhenti sejenak,
“Tuan, bersediakah Tuan menunggu sebentar? Saya akan segera kembali”.
Anak itu berlari menuju rumah gubuknya yang sudah reot. Setelah menunggu hampir sepuluh menit, Roy mulai penasaran apa yang dilakukan anak itu dan keluar dari mobilnya, menatap rumah reot itu.
Pada waktu itu ia mendengar suara kaki yang perlahan-lahan. Beberapa saat kemudian anak gelandangan itu keluar sambil menggendong adiknya yang lumpuh.
Setelah tiba di dekat mobil anak gelandangan itu berkata pada adiknya:
“Lihat… seperti yang kakak bilang padamu. Ini mobil terbaru. Kakak Tuan ini menghadiahkannya pada Tuan ini. Suatu saat nanti kakak akan membelikan mobil seperti ini untukmu”.
Seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu...
Kisah ini diambil dari sebuah kisah nyata yang ditulis dalam sebuah buku “Stories for the family’s heart” by Alice Gray.
Silahkan dibagikan, Tuhan Yesus memberkati..
Seminggu sebelum Natal, kakaknya menghadiahi Roy Angel sebuah mobil baru yang mewah dan mengkilap.
Suatu pagi seorang anak gelandangan menatap mobilnya dengan penuh kekaguman.
“Hai.. nak” sapa Roy
Anak itu melihat pada Roy dan bertanya “Apakah ini mobil Tuan?”
“Ya,” jawab Roy singkat.
“Berapa harganya Tuan?”
“Sesungguhnya saya tidak tahu harganya berapa”.
“Mengapa Tuan tidak tahu harganya, bukankan Tuan yang punya mobil ini?” Gelandangan kecil itu bertanya penuh heran.
“Saya tidak tahu karena mobil ini hadiah dari kakak saya”
Mendengar jawaban itu mata anak itu melebar dan bergumam,”Seandainya…. seandainya…”
Roy mengira ia tahu persis apa yang didambakan anak kecil itu, “Anak ini pasti berharap memiliki kakak yang sama seperti kakakku”....
Ternyata Roy salah menduga, saat anak itu melanjutkan kata-katanya: “Seandainya… seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu..”
Dengan masih terheran-heran Roy mengajak anak itu berkeliling dengan mobilnya. Anak itu tak henti-henti memuji keindahan mobilnya.
Sampai satu kali anak itu berkata,”Tuan bersediakah Tuan mampir ke rumah saya ? Letaknya hanya beberapa blok dari sini”.
Sekali lagi Roy mengira dia tahu apa yang ingin dilakukan anak ini. “Pasti anak ini ingin memperlihatkan pada teman-temannya bahwa ia telah naik mobil mewah” pikir Roy..
“OK, mengapa tidak”, kata Roy sambil menuju arah rumah anak itu.
Tiba di sudut jalan si anak gelandangan memohon pada Roy untuk berhenti sejenak,
“Tuan, bersediakah Tuan menunggu sebentar? Saya akan segera kembali”.
Anak itu berlari menuju rumah gubuknya yang sudah reot. Setelah menunggu hampir sepuluh menit, Roy mulai penasaran apa yang dilakukan anak itu dan keluar dari mobilnya, menatap rumah reot itu.
Pada waktu itu ia mendengar suara kaki yang perlahan-lahan. Beberapa saat kemudian anak gelandangan itu keluar sambil menggendong adiknya yang lumpuh.
Setelah tiba di dekat mobil anak gelandangan itu berkata pada adiknya:
“Lihat… seperti yang kakak bilang padamu. Ini mobil terbaru. Kakak Tuan ini menghadiahkannya pada Tuan ini. Suatu saat nanti kakak akan membelikan mobil seperti ini untukmu”.
Seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu...
Kisah ini diambil dari sebuah kisah nyata yang ditulis dalam sebuah buku “Stories for the family’s heart” by Alice Gray.
Silahkan dibagikan, Tuhan Yesus memberkati..
SUMBER: http://www.facebook.com/SAHABAT.DOA.YESUS?ref=stream