30 August 2011 by James Alfyn Muaja
PEKERJAAN DAN KEUANGAN
A. ALLAH PEDULI DENGAN PEKERJAAN ANDA
Bagaimanakah manusia bisa mendapatkan nafkah untuk membiayai kebutuhan hidupnya sehari-hari? Dengan jalan bekerja! Manusia diciptakan Allah untuk bekerja (Kej. 2:15). Perintah untuk bekerja diterima manusia sebelum jatuh dalam dosa (Kej. 1:28). Alkitab mencatat: “Enam hari lamanya engkau bekerja…” (Kel. 34:21). “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (II Tes. 3:10). Kerja merupakan berkat, justru menganggur menjadi beban kehidupan (Pkh 5:17-19). Jadi bekerjalah dengan rajin, jangan bermalas-malasan (Ams. 6:6-11).
Selama ini orang seringkali memisahkan antara pekerjaan yang sakral (yaitu menjadi rohaniwan di gereja) dan pekerjaan sekuler (mis: di dunia usaha/marketplace) Akibatnya timbul berbagai pandangan yang keliru, antara lain: Dunia usaha itu kotor dan perlu dihindari, tidak bisa berbisnis dan tetap hidup benar, Tuhan hanya tertarik pada dunia rohani bukan pada dunia bisnis, pelayanan itu hanya wilayah para rohaniwan, manfaat satu-satunya pebisnis bagi gereja adalah uang mereka.
Sebetulnya tidak ada pemisahan pekerjaan yang “sekuler” atau “sakral/spiritual”. “Bukan apa yang dilakukan seseorang yang menentukan pekerjaannya itu rohani atau sekuler; melainkan alasan mengapa dia melakukannya” (A.W. Tozer). Allah menghargai berbagai macam pekerjaan ini karena hal ini juga digunakan untuk mencapai tujuan-Nya di dunia. (Mis: Pendeta -> memenuhi kebutuhan rohani.; dokter -> mengobati penyakit; pedagang -> mendistribusikan barang/makanan; ibu rumah tangga -> besarkan anak dengan kasih).
Allah tidak hanya peduli pada kerohanian Anda, tetapi juga pada pekerjaan Anda. Dalam bahasa Ibrani, akar kata untuk “kerja” dan “beribadah” adalah sama yaitu “avodah”. Bilamana kerja diperuntukkan bagi kemuliaan Tuhan, maka kerja adalah ibadah (Kol. 3:22-25). Pekerjaan berubah menjadi pelayanan pada waktu kita menerapkan prinsip Alkitab dalam bidang tersebut. Allah mencari orang percaya yang berdedikasi untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tempat kerja, dan melayani serta menjangkau jiwa melalui profesi mereka. Kita harus menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Kerajaan Allah adalah segala tempat di mana Yesus diakui sebagai Raja. Sekali seminggu umat Allah berada di gedung gereja, tapi hari lainnya umat Allah ada di marketplace untuk menerangi dan menggarami masyarakat sekitar.
B. PENATALAYAN YANG BERTANGGUNG JAWAB
Dalam Alkitab ada 2.350 ayat yang berbicara tentang uang dan harta milik. Lebih banyak ayat mengenai uang dari pada ayat tentang surga dan neraka. Hal ini menyatakan bahwa Allah perduli bagaimana kita menangani kekayaan dan uang kita. Jadilah penatalayan yang baik dari milik Allah (I Kor. 4:2), yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh tuannya untuk setiap talenta yang Tuhan titipkan (Mat. 25:14-30). Tuhan adalah pemilik (owner), kita hanyalah manager (pengelola).
Memiliki banyak uang dan menjadi kaya tidak berdosa. Namun, mencintai uang sangat berbahaya (I Tim. 6:9-10, 17). Banyak orang kaya tercatat di Alkitab (Abraham, Ayub, dll.), tetapi fokus mereka bukanlah kekayaan. Allah melimpahkan kekayaan pada mereka untuk digunakan memberkati orang lain. Uang dan kekayaan adalah alat, dan bukan tujuan hidup kita. Uang adalah hamba yang baik, tetapi tuan yang jahat. Walaupun uang penting, tetapi uang tidak kekal. Anda tidak akan membawanya ke liang kubur. Alkitab menasihatkan kita untuk mencari dan menyimpan harta yang kekal di surga, melalui kebajikan dan pemberian kita (I Tim 6:18-19, Luk. 12:33).
Bolehkah orang Kristen kaya dengan cara berbisnis? Ya, jika motivasi hatinya benar. Untuk itu milikilah pandangan yang tepat dan Alkitabiah tentang berkat materi:
PRINSIP
|
TEOLOGIA KEMISKINAN
|
TEOLOGIA KEMAKMURAN
|
TEOLOGIA PENATALAYANAN
|
Pandangan terhadap kekayaan
|
Dosa
|
Kebenaran
|
Tanggung jawab
|
Saya bekerja untuk?
|
Sekedar memenuhi kebutuhan
|
Agar jadi kaya
|
Melayani Tuhan
|
Orang benar
|
Miskin
|
Kaya
|
Orang yang setia/ dapat dipercaya
|
Orang berdosa
|
Kaya
|
Miskin
|
Orang yang tidak setia
|
Saya memberi karena?
|
Kewajiban
|
Untuk mendapatkan sesuatu nantinya
|
Mengasihi Tuhan
|
Dalam hal pemakaian uang?
|
Diliputi rasa takut dan terpaksa
|
Tidak hati-hati dan konsumtif/boros
|
Berdoa dan bertanggung jawab
|
C. CARA MENGELOLA KEUANGAN
1. MENETAPKAN ANGGARAN
Buatlah Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pribadi/Keluarga. Dengan membuat anggaran kita tahu berapa besar pemasukan kita dan bagaimana rencana kita untuk mengeluarkan uang. Dengan membuat perencanaan, kita dapat mengontrol pengeluaran apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan keuangan. Ingat: Pengeluaran tidak boleh lebih besar dari pendapatan. Karena itu tetapkan prioritas mana yang harus dibeli dulu.
Contoh formulir anggaran bulanan yang harus diisi dengan tekun, adalah sbb:
PENDAPATAN
|
PENGELUARAN
|
1. Gaji Rp ____
2. Pemasukan lain Rp ____
Jumlah Penghasilan: Rp ____
SALDO
(Debet-Kredit): Rp ____
|
1. Persepuluhan & Persembahan Rp ____
2. Pajak Rp ____
3. Tabungan Rp ____
4. Rumah (Cicilan, Perabot,
Pemeliharaan) Rp ____
5. Rekening (Listrik, Telp, Air) Rp ____
6. Transportasi (Bensin, Cicilan,
Pemeliharaan) Rp ____
7. Makanan Rp ____
8. Pendidikan Rp ____
9. Uang saku Rp ____
10.Pengurangan utang
(Kartu kredit, Cicilan lain) Rp ____
11.Pengeluaran lain (pengobatan,
Hadiah, asuransi, rekreasi) Rp ____
Jumlah Pengeluaran: Rp ____
|
2. BIJAK DALAM MEMBELANJAKAN UANG
Beberapa tips untuk itu adalah, sbb:
· Belajar mencukupkan diri
· Jangan berbelanja karena ingin meniru orang lain
· Hidup sederhana
· Waspada akan rayuan iklan
· Buatlah anggaran belanja dan ikuti rencana tersebut.
3. BELAJAR MENABUNG
Amsal 21:20: Alkitab menganjurkan untuk menabung. Contoh: Kej. 41 – Yusuf.
· Hanya boleh menabung kalau kita juga rajin memberi (Luk. 12:16-21, 34). Hati harus terpaut kepada Tuhan, bukan harta seperti orang kaya yang bodoh yang menyimpan seluruh hartanya.
· Menabung secara rajin dan teratur. Ams. 21:5. Berapa banyak yang ditabung? Yusuf menyimpan 20% dalam setahun (Kej. 41:34). Minimal kita menabung 10% dari penghasilan.
· Menabung untuk keperluan apa?
a. Menabung untuk keadaan darurat yang tidak diperkirakan sebelumnya, tanpa harus berhutang. Berusalah memiliki uang tabungan dua kali lipat dari rata-rata pengeluaran bulanan Anda.
b. Menabung untuk membiayai suatu pengeluaran besar, mis: beli rumah, kendaraaan, pendidikan.
c. Menabung untuk keperluan jangka panjang, seperti: dana untuk hari tua.
· Investasi.
Ada yang memakai sebagian uang tabungan untuk menanamkan modal dalam usaha tertentu agar memiliki nilai tambah, misalnya: membeli tanah, rumah, logam mulia, saham perusahaan, dsb.
a. Hindari investasi yang mengandung resiko besar. Pkh. 5:12-13. Ingat: high profit – high risk.
b. Menanamkan modal dalam berbagai bidang yang berlainan, jangan dalam satu bidang usaha saja. “Jangan simpan semua telur dalam satu keranjang”. Pkh. 11:2.
· Jangan ingin cepat kaya dengan berjudi, walaupun hanya iseng-iseng. Ams. 28:30.
Pertanyaan Perenungan:
1. Bagaimana cara Anda memuliakan Allah melalui pekerjaan?
2. Apakah Anda biasa membuat anggaran keuangan? Bila ya bagikan hal itu kepada rekan lainnya. Bila belum, apa komitmen Anda untuk memulainya?
3. Apakah Anda suka menabung/berinvestasi? Bagaimana Anda melakukannya?
sumber: http://www.jimpress.net/pekerjaan-dan-keuangan/
No comments:
Post a Comment